Loading...
Sabtu, 13 Mei 2017

Pengalaman Kuret dan Malaikat Kecil Kesayangan ALLAH

Bismillahirrohmanirrohim

Tulisan ini Saya dedikasikan kepada dedenya #babyPutri yang sangat disayang sama alloh dan insyaAlloh jadi syafaat kami, orang tuanya di Syurganya kelak. Amiiin

Awal Tahu Kalau Hamil
Bermula di suatu hari secara tidak sengaja saya merasakan ada keanehan pada bagian perut dan mengingat kalau saya memang belum menstruasi stelah menstruasi terakhir di tanggal 16 Februari, perut terasa lebih berbeda dari biasanya, dan saya beranggapan kalau mungkin saya Hamil, Alhamdulillah.

Tapi yang kontras dari pengalaman sebelumnya adalah, berat badan berbanding terbalik alias semakin menurun dan belum merasakan tanda - tanda ngidam seperti kehamilan sebelumnya. Karenanya saya beranggapan kalau saya belum boleh terlalu berharap makanya saya coba menganggap kalau mungkin cuma perasaan saya saja.

Keesokan hari kemudian, junior di departemen saya makan bakso, mendadak saya merasa tidak suka dengan aromanya, walaaaah jadinya koq hari itu berasa sama dengan pengalaman hamil sebelumya, jadilah saya sepulang dari kantor menyempatkan diri membeli 2 (dua) alat pendeteksi kehamilan lewat air seni (testpack).

Keesokan harinya di pagi hari, saya langsung mencobanya, dan hasilnya + (positif), Alhamdulillah saya hamil lagi. Karena saking senangnya, saya kemudian mengambil gambar hasilnya dan mengirimkannya kepada suami yang saat itu masih on duty di kapal (laut makassar), beliau menyambutnya dengan alhamdulillah.

USG Pertama
Karena saya penasaran dengan keputusan dari dokter tentang hasilnya dan ingin melihat langsung isi rahim saya. Tepat tanggal 18 April 2017, saya memutuskan untuk melakukan USG di dokter Devi, S.Pog di Rumah sakit Grestelina, Makasar. Jadual tetap ibu dokter langganan saya ini dari hari senin - Sabtu dari jam 7 malam, tapi jika ingin masuk sebagai antrian harus mendaftar dari pagi, kecuali jika ingin kehabisan nomor antrian (full). Saya mendaftar dari jam 10 pagi dan sudah berada diantrian nomor 10.

Singkatnya, saya akhirnya datang tepat ditanggal 18 April dan hasilnya memang sudah ada janin dalam rahim saya yang menurut perkiraan hasil USG sudah berusia 5 minggu atau 1 bulan lebih. Alhamdulillah.

Menjalani Hari sebagai Ibu Hamil
Karena ini sudah kehamilan kedua, saya beranggapan kalau tidak apalah keluarga tidak semua tahu tentang kehamilan saya, jadi yang tahu hanya saya, suami, teman akrab, ummi dan keluarga di sinjai serta tante dari suami yang jaga si KK Putri.

Saya menjalani hari demi hari seperti biasa namun masih menunggu waktu - waktu ngidam seperti di kehamilan sebelumnya, namun ngidam itu tidak juga kunjung menunjukkan tanda - tanda. Saya akhirnya beranggapan kalau mungkin beda anak, beda tanda kehamilannya dan kali ini memang tidak dikasi ngidam.

Kalau sebelumnya memasuki minggu ke 5, saya sudah tidak doyan dengan nasi, membenci aroma bumbu dan membeci bakso dan ikan bandeng serta malas dekat - dekat dengan nafas suami. Tidak hanya itu, apapun yang saya makan pasti keluar dengan sukses. Ternyata Allah punya rencana dibaliknya

Kecapean dan Perjalanan Jauh
Semua berjalan lancar hingga diusia kehamilan 8 minggu, namum memasuki usia 9 minggu, berita duka menyeruak dikeluarga kami. Kakek kandung papa putri  yang tinggal di Desa Sengka Bontonompo berpulang pada hari kamis (27/4) yang menyebabkan seluruh keluarga berkumpul disana. Jadilah aktivitas pulang balik ke rumah do Tombolo - ke kantor - Bontonompo setiap hari selama 2 hari naik mobil, motor dan angkutan umum bermula.

Selain perjalanan yang kurang nyaman karena sepanjang jalan banyak lubang dan jalan rusak, asap rokok dan rasa capek juga jadi penyokong utama. Belum lagi sampai di kantor harus berlama - lama duduk ditambah padatnya hari sepulang dan sebelum kekantor karena mengurus si kakak Putri.

Pendarahan Pertama
Pada hari jumat (7/5), jam 12 siang saat saya sedang mengerjakan laporan bulanan, tiba - tiba saya merasa ada cairan merembes. Buru - buru saya ke ketoilet dan menemui kalau itu adalah darah, saya kaget bukan main diiringi debar jantung dan rasa takut. Saya berusaha rileks, berharap bisa meredam rasa takut dan anggapan negatif.

Karena rasa takut tidak kunjung reda, saya akhirnya bercerita ke teman kerja kalau saya mengalami hal ganjil dan saya butuh pertimbangan, lanjut kerja atau ke dokter dulu atau seperti apa. Setelah mendapat masukan dari teman, akhirnya saya memutuskan untuk ke Rs. Pertiwi yang notabene jaraknya tidaklan terlalu jauh dari kantor dibanding ke Rs. Grestelina tempat dokter rutin saya berada. Memang sih, pada malam hingga pagi hari saya sempat mengalami mules berkepanjangan tapi saya kira hanya karena mules pengen buang air besar.

Sesampai di Rs.Pertiwi, saya yang ditemani rekan kerja yang sudah seperti Saudara sendiri langsung ke IGD, disana sebelum di periksa harus menunggu dokter dulu sekitar 20 menitan. Karena fasilitas USG di IGD sangat kurang akurat alias alatnya sudah terbilang kurang update. Karena saya pertama kalinya ke Rs.Pertiwi, saya merasa agak risih, selain ditangani oleh dokter laki - laki, perawat anak koas dari daerah yang baru 2 hari  juga tidak ada kain penutup untuk pasien yang setidaknya berfungsi melindungi privasi.

Selanjutnya, karena alat usg yang kurang memadai tadi di IGD, saya diarahkan ke Lantai 2 di ruang persalinan. Disana alatnya sudah lumayan hanya saja kain penutupnya yang juga tidak ada, jadilah teman saya menggunakan jaketnya untuk menutupi bagian yang terangkat karena gamis saya harus disingsingkan.

Setelah sang dokter memutar kesana - kemari alat pendeteksinya kurang lebuh 15 menit, beliau langsung berdiri dan meninggalkan saya, 2 menit kemudian beliau datang kembali bersama dokter laki - laki lainnya yang kelihatannya kebih senior. Dokter kedua itupun melakukan hal yang sama, memutar kekiri dan kekanan alat usg di perut saya.

3 menit kemudian, beliau langsung menanyakan  kesediaan saya untuk kuret. Saya kaget, takut dan sedih bukan main. Mata saya berkaca - kaca dan meminta waktu untuk berkonsultasi dengan dokter saya dan keluarga termasuk suami. Setelah pertimbangan yang matang, saya akhirnya meminta untuk pulang dan konsultasikan dengan keluarga dan Dr. Devi yang sudah menangani saya dari sejak anak pertama. Beruntung saya menggunakan kartu BPJS yang ditanggung perusahan jadi sampai saya pulang saya tidak membayar sepeserpun di RS. Pertiwi.

Pengecekan di RS. GRESTELINA
Sepulang dari Rs.Pertiwi, saya kembali melanjutkan pekerjaan kantor karena harus buru laporan untuk  keperluan data Accounting. Setelah selesai,  saya tidak langsung ke rumah akan tetapi singgah ke Rs. Grestelina langsung mendaftar ke IGD untuk pengecekan lebih lanjut perihal pendarahan dan pertimbangan dokter di Rs. Pertiwi.

Setelah menunggu sambil baringan di IGD bed 8 dari jam 5 sore sampai jam 8 malam (dokter S.pog bpjs malam memang praktek mulai jam 7 malam), akhirnya saya dibawa ke ruangan dokter spesialis Obgyn (kandungan). Seperti biasa, saya ditangani oleh dr. Deviana. Setelah ditimbang berat badan dan tensi, saya kemudian di USG.

Dr. Deviana memberitahukan kalau janin dan kantongnya masih ada, kemudian ibu dokter menyarankan istrahat total sambil mengonsumsi obat penguat kandungan. Di resep, disarankan mengonsumsi 1 jenis obat minum dengan merk "plasminex" dan 1 jenis obat lainnya dimasukkan kedubur dengan merk "cygest" 5 biji, kalau tidak salah.

Setelah membayar biaya admin dan konsultasi sebesar Rp. 220.000 serta obat sebesar Rp. 201.000 saya akhirnya bersiap untuk pulang dengan dijemput suami, ipar dan anak. Kali ini,  saya memang harus membayar langsung karena saya terdaftar sebagai pasien umum karena jika menggunakan BPJS harus daftar pagi, sedangkan jika melalui IGD  harus rawat inap untuk bisa gratis bayar.

Sepulang dari rumah sakit, seharusnya saya istrahat total sesuai petunjuk dokter, tapi karena keluarga harus mengunjungi acara keluarga lagi di kampung dan saya terpaksa ikut karena di rumah juga saya sendiri dikarenakan hanya suami yang bisa bawa mobil ke kampung, daripada sendiri di rumah takut kenapa - kenapa.

Ternyata perjalanan kali ini dan kurangnya istrahat lagi, ini juga yang akhirnya harus membawa saya kemudian ke IGD Rs.Grestelina lagi pada hari Senin sore (8/5) karena pendarahan semakin bertambah disertai rasa sakit pada bagian perut bawah. Setelah melalui prosedur seperti pada hari jumat sebelumnya, akhirnya masuk ke ruangan dokter spesialis lagi, ketemu dengan dokter Deviana dan melalukan USG lagi. Dokter tidak punya pilihan lagi kali ini, saya harus melakukan curretation alias harus di kuret.

Saya tidak bisa berkata - kata lagi kali ini, lidah saya kaku dan suara saya serasa tidak mau keluar lagi. Kata dokter, Syarat untuk menjalani Kuret, harus ada pembukaan di mulut rahim. Dokter kemudian melalukan pemeriksaan dalam, hasilnya belum ada pembukaan rahim. Saya dikasi dua pilihan, mau opname atau memunggu pembukaam dirumah sambil diberikan obat pembuka jalan lahir (rahim).

Saya bingung, disisi lain saya mau semua berjalan lancar tapi disisi lain saya memikirkan putri kecil saya menunggu dirumah yang jika malam selalu mencari ASI dari Bundanya. Setelah pertimbangan, akhirnya saya memutuskan pulang dulu sambil menunggu pembukaan jalan lahir. Dokter memberikan resep 2 jenis obat yang alhamdulillah obat ini ditanggung BPJS. Merk obat pertama adalah "Bledstop" dan yang satunya lagi "Gastrul". Saya disarankan minum keduanya setiba di rumah. Kali ini saya membayar biaya konsultasi dan administrasi sebesar Rp. 300.000.

Setiba di rumah, saya langsung  menyiapkan tas yang berisi perlengkapan yang kira - kira saya butuhkan jika keadaan darurat. Barang - barang itu adalah : Sarung 4 lembar, pembalut, pakain dalam 4 lembar pakaian ganti 1 pasang, air minum, uang secukupnya dan dokumen yang kira - kira dibutuhkan. Untuk peserta BPJS, upayakan memiliki surat rujukan dari faskes I ke Rs. Agar saat darurat bisa langsung digunakan karena rujukan berlaku hingga 1- 3 bulan.

Setelah saya rasa semua sudah lengkap, saya bersiap untuk minum obat yang diberikan dokter sebelum tidur. Dasar saya yang selalu ingin tahu, saya browsing manfaat kedua obat tersebut dan efek sampingnya. Ternyata hasilnya, tidak baik untuk ibu menyusui karena dapat menyebabkan diare buat bayi yang disusui (sampai saya hamil dan keguguran saya masih memberi ASI pada baby Putri).

Alhasil, saya batal meminum obat yang diberikan dokter hingga saya ke pembaringan. Di pebaringan, saya sulit terpejam karena kontraksi yang semakin sering dan panjang diiringi pendarahan yang lambat laun semakin banyak. Akhirnya, tepat jam 12 tengah malam, saya memutuskan untuk ke rumah sakit karena pendarahan sudah tidak bisa saya atasi. Pembalut, pakaian dan 1 sarung sudah dipenuhi darah. Akibatnya saya sempat kehilangan kesadaran beberapa saat dan sempat merasakan seolah nafas terputus - putus.

Secepat kilat, sang suami telah mempersiapkan segalanya untuk berangkat ke Rumah sakit. Dengan diantar suami dan ditemani tante dari suami yang sehari - hari menjaga baby putri di rumah, kami bergegas ke IGD Rs. Grestelina lagi. Baby putri terpaksa saya tinggal di rumah dengan neneknya. Dia sedang tidur pulas saat saya bergegas ke Rs.

Di IGD, kami kembali melalui prosedur seperti sebelumnya. Pendaftaran pasien, dan lain - lain. Setelah dokter penanggungjawab IGD menghubungi dokter saya, akhirnya diputuskan saya harus di opname dan diberi obat untuk membuka mulut rahim.

Setelah dipasang infus ke lengan kiri saya, Si obat yang diresepkan sebelumnya akhirnya aplikasikan namun tidak dengan diminum  karena saya mengatakan kalau saya sedang menyusui. Akhirnya setelah proses pendaftaran selesai dan kamar sudah siap, saya dipindahkan ke ruang perawatan Cendana 321. Disanalah si obat dimasukkan langsung ke mulut rahim jadi tidak akan mempengaruhi kualitas ASI saya nantinya.

Obat yang dimasukkan hanya 1 tablet merk Gastrul saja akan tetapi dengan 1 tablet saja, efek obat yang diberikan subhanalloh. Sepanjang malam kontraksi tiada henti dan pendarahan terus berlanjut. Saya berusaha menahan semua rasa sakit yang saya alami. Rasa sakit fisik maupun batin karena harus kehilangan bayi kami.

Kira - kira pukul 3 dini hari, saya berencana buang air kecil, bukannya air kecil malah pendarahan kembali terjadi yang menyebabkan saya pusing dan terpaksa duduk untuk menghindari pendarahan semakin parah. Saya meminta tante yang menjaga untuk memanggil suami yang tidur diluar kamar dan perawat segera. Setelah si perawat datang, segera saya di tensi lagi dan rawat dan kemudian berganti sarung untuk dibaringkan kembali di tempat tidur.

Prosedur Kuret
Setelah semalaman suntuk menahan sakit pada bagian perut bawah dan merasakan limpahan gumpalan darah keluar seenaknya, rasa sakit itupun perlahan sirna kala waktu subuh menyapa. Pukul 6.30, suami memberi tahu kalau dokter saya sudsh tiba dari pukul 6.15 karena ada operasi, dan saya adalah pasien antrian ke dua.

Setelah menikmati sarapan dari petugas rumah sakit yang baik hati, saya diminta persiapkan diri untuk masuk ke ruangan OK (operasi). Padahal sebenarnya sebelum operasi disarankan untuk tidak makan dan minum, akan tetapi pemberitahuan datang saat sarapan sudah hampir saya habiskan. Hehe

Masuk ke ruangan OK (operasi) yang sama sudah tidak terlalu menakutkan bagi saya karena ini sudah yang kedua kalinya setelah sebelumnya operasi Secar (SC) anak pertama. Prosedurnya sama, berganti pakaian, melepaskan perhiasan dan berbaring di pembaringan eksekusi. Perbedaannya kali ini, saya tidak lagi dibius setengan badan, akan tetapi dibius total.

Yang saya ingat adalah, saat saya dibaringkan, kaki saya disangga dengan alat khusus dan dibuat ngangkang *maaf. Kemudian bapak dokter petugas anestesi datang dari arah kepala saya membawa jarum suntik yang saya yakini berisi obat bius. Obat tersebut disuntikkan tepat di selang infus saya sebanyak dua kali. Hanya butuh kira - kira 10 detik, mendadak penglihatan saya kabur dan kemudian saya tidak ingat apa - apa.

Saya terbangun saat perawat memanggil nama saya. Ibu Ratih..... Ibu Ratih..... saya perlahan membuka mata saya, saya berusaha mengingat ruangan tempat saya berbaring. Yes, saya ingat.... saya berada diruang pemulihan yang sama dengan posisi tempat tidur yang sama dengan tahun lalu. Alhamdulilaaaah ya alloh, semua berjalan lancar. Saya menoleh kesebelah kanan dan melihat jam dinding menunjukkan angka 8.05. Itu artinya kurang lebih 30 menit saya di ruang OK.

Kalau tahun lalu saat saya selesai di operasi saya menangis karena haru ada bayi mungil disebelah saya, kali ini saya saya menangis karena sedih bayi saya harus pergi dengan cara yang tega. Saya menumpahkan segala sedih saya karena belum bisa menjaga calon bayi kedua kami. Haya butuh kurang lebih 1 jam, saya sudah digantikan pakaian oleh para perawat baik hati dan kemudian diboyong kembali ke ruang perawatan 321.

Rasa sakit yang saya rasakan sepanjang malam, setelah sadar tidak saya rasakan lagi sama sekali. Badan saya kembali seperti kembali ke keadaan semula yang tidak mengalami sakit sedikitpun. Cuma yang mejadi penanda adalah, masih adanya sisa darah yang terus keluar layaknya datang bulan.

Dokter memberitahu kalau jika sudah ingin pulang, sore hari juga sudah pulang. Alhamdulillah. Dokter memberikan dua jenis obat lagi untuk pemulihan. Satu obat berfungsi sebagai anti biotik "Cefadroxil" dan satu obat lainnya berfungsi untuk menghentikan pendarahan "Asamnex 500".

Penbayaran untuk obat - obatan, cairan infus 2 botol, dokter dan perawat, rawat inap dan prosedur pelaksanaan Kuret, semua ditanggung BPJS Full alias saya tidak membayar seperpun. Terima kasih BPJS, terima kasih Ibu Dokter Devi, terima kasih para perawat dan terima kasih RS.Grestelina. Hingga tulisan ini saya terbitkan, alhamdulillah tidak ada keluhan yang berarti efek setelah operasi kecil Kuret.

Itulah sharing pengalaman saya tentang kuret. Semoga bermanfaat dan bisa menambah pengetauan semua pembaca. Pesan saya, semua titipan yang allah Amanahkan mohon dijaga dengan sebaik-baiknya dan jangan ceroboh seperti saya jika tidak ingin berbuah penyesalan kemudian. Fii amanillah.

Semoga saya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan amanah dari Allah berupa keturunan yang sehat, sholeh dan sholehah dimasa yang akan datang. Amiiiin... Allohumma amiiin

Tombolo, 10-13 Mei 2017 (23:41)

Latifah Ratih

2 komentar:

  1. Minggu lalu saya merasakan hal yg sama dengan bunda. Ini kehamilan pertama saya. Tapi karena saya merasa diri saya kuat, tidak ada tanda2 kecapean atau sakit apapun pd tubuh saya. Minggu lalu pendarahan. Ketika malamnya saya usg, dokter memvonis janin saya tidak berkembang ( kata bidan 10w, ketika di usg masih 8w ) dan tidak ada DJJ. Nangis bangeett, nyesel, sedih, campur aduk. Akhirnya kamis kemaren saya mengalami kontraksi dan harus di kuretase:(

    BalasHapus
  2. Pengalaman kita sama bun minta doanya yah bun supaya tahun ini Allah berikan Rezeki kembali Dengan hadir nya buah hati Aamiin sehat selalu juga yah bun semuanya

    BalasHapus

 
TOP