Loading...
Kamis, 30 April 2015

Generasi Belasan Tahun

Ini bukan fiksi, juga bukan karangan belaka tapi sebuah fakta yang mungkin sayang jika hanya saya yang tahu dan cuma saya yang prihatin sendiri.

Kemarin, bertepatan dengan hari Kamis 30 April 3015, saya berniat mencuci "si Ondeng" (kendaraan saya yang selalu setia menemani). Kalau biasanya hanya di cuci d garasi depan rumah, kali ini saya pengen cuci diluar saja. ke tempat pencucian motor tepatnya di sela-sela kesibukan saya di kantor.

Setelah berkeliling disekitar kantor tapi tidak menemukan juga, akhirnya saya menuju sebuah jalan yang lumayan jauh dari kantor. Disana saya akhirnya menemukan tempat yang saya cari setelah membaca sebuah papan petunjuk yang digantung tepat di bagian atas dinding sebuah warung ukuran 5x3 yang tepat di depan sebuah ruko dan berseberangan dengan sebuah Hotel.

Saya memarkirkan kendaraan dan menyampaikan niat saya, sontak seorang lelaki usia antara 20 hingga 30 tahunan terbangun dari pangkuan seorang bocah kira - kira usia 8-9 tahun. Disekitarnya juga ada seorang pria dewasa berambut keriting dengan kulit terlihat gelap.di sana juga saya jumpai tiga anak kecil usia belasan yang sedang menontong siaran TV upin dan ipin disebuah layar yang bagian badan layar tersembunyi dibalik gardu, sambil menghisap rokok.

Sang laki - laki dewasa pertama akhirnya memanggil ke arah hotel, disusul dengan munculnya seorang anak lagi yang berumur sekitar 17an dari samping hotel tersebut. Rupanya yang dipanggil itu adalah anak yang kemudian bertugas mencuci motor saya.

Saya akhirnya dipersilahkan duduk di sebuah kursi plastik putih kusam. Kembali sang pria tadi mengambil posisi pada sebuah bangku dengan bantal guling tergeletak disana, memerbaiki posisi denga kaki berdiri sehingga sangat jelas tatoo d betisnya keliahatan.
Selanjutnya sang bocah yang memangkunya tadi kembali melanjutkan aktivitasnya menggambar sebuah motif di kepala pria tersebut menggunakan sebuah pisau kecil.

Seorang anak lainnya membantu temannya mencuci motor saya, sedangkan dua lainnya masih fokus pada layar diatasnya sembari terlentang pada sebuah bale - bale sesekali mengisap rokoknya.

Entah apa yang menjadi tugas utama mereka. Yang saya tahu, mereka nampaknya tidak sekolah dikarenakan pada waktu saya datang seharusnya itu masih jam pelajaran sekolah. Nampak dari penampilan mereka juga, kelihatannya mereka sudah beberapa hari tidak mandi.

Dua orang dari mereka juga saya lihat mengenakan masing - masing tas kecil lusuh di bahu mereka yang mayoritas d gunakan oleh anak2 pengamen di lampu merah. Ah, entahlah... Apapun pekerjaan tetap mereka, seharusnya mereka masih menerima pelajaran di sekolah atau setidaknya bermain bersama teman - teman sebayanya dan tidak menghisap rokok di sela - sela jari mereka.

Mirisss... Saya memperhatikan dengan seksama, sesekali mereka dibentak saat menyemprotkan air ke kendaraan saya, juga ada yang dipukul sekali dengan tangan karena mencoba mengambil posisi tempat baring si pria dewasa pada saat dia mencontohkan cara mencuci kendaraan yang benar kepada anak yang lainnya.

Tidak lama berselang, datanglah seorang siswi dengan seragam SMP, rupanya dia ingin membeli bensin botolah yang juga mereka jual. Si anak bertopi yang tadi membantu temannya mencuci kendaraan berdiri dan melayani si siswi tadi. Entah apa yang ada dipikirannya, saat sedang mengisi BBM ke tangki motor siswi tadi, dia melirik dengan nakal ke siswi yang memang nampaknya sengaja ingin digoda karena memang sudah melucuti penutup kepala  yang dikenakan sehingga nampak rambut warba warni yang semenjak datang memang hanya menyangkutkannya di leher. Setelah selesai menutup sadel tempat tangki motor, sisiwipun berlalu diikuti seruan dan suitan dari seluruh bocah dan pria dewasa tadi. Subhanalloh....

Pelanggan selanjutnya datang, saya melihat si anak yang mengisikan bensin tadi beralih ke sebuah kendaraan yang nampaknya bannya bermasalah. Sekarang saya tahu, apa tugas dari mereka, kecuali tiga orang anak yang lebih kecil yang entah sudah berapa rokok yang dia hisap semenjak saya duduk menunggu motor saya selesai di poles.

Alangkah bagusnya, jika  anak yang masih seusia mereka masih sibuk belajar di bangku kelas pada jam belajar. Alangkah indahnya jika pada pagi hari, mereka terlihat segar dan bersiap memulai pelajaran setelah sarapan yang ibu mereka siapkan. Alangkah indahnya, jika pada sore menjelang senja, mereka berlari kesurau atau kemesjid mengejar magrib sambil memeluk alquran di dada. Alangkah bahagianya, jika mereka dengan senyum ceria memamerkan jejeran piala atas kesuksesan belajar mereka.... Yaahhh... Alangkah....

Makassar, 30 April 2015
@Perempuanbugis
#LaRa

2 komentar:

  1. Zaman memang sudah tidak ramah lagi terhadap anak2..terlebih pada mereka yang belum berkecukupan...
    makanya saya dan istri berdoa agar anak2 kami senantiasa dijagaNYA dari setiap kondisi kesempitan dan kesusahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin....
      Pendidikan terbaik untuk buah hati menurut yang pernah saya baca, dimulai dr orang tua alias lingkungan keluarga.
      Jadi semoga Hanif dan Ali selalu diberi kebaikan akhlak dan budi pekerti. Amiiin

      Hapus

 
TOP